sosbud.kompasiana.com |
Tiba di stasuin waktu itu, posisinya kurang lebih seperti ini: Arah KRL dari Barat ke Timur, pintu otomatis KRL yang terbuka adalah pintu yang mengahadap ke selatan, sementara saya datang dari arah utara dan di hadapan saya adalah gerbong KRL ke 4 dari depan. Secara otomatis, saya tidak dapat langsung naik dong... Untuk naik saya harus menuju ke arah selatan, paling cepat berputar melewati gerbong pertama, tempat masinis. Argh... Gimana caranya coba?! Kalo pas saya nyebrang trus masinisnya gak liat trus jalanin KRLnya, and then..... (>_<)
Mendadak bengong! yap... mungkin itulah yg terjadi pada saya saat itu. Mau teriak untuk bilang tunggu, gak mungkin! Mau jalan muter biar bisa nyebrang, gak berani! Tiba-tiba, ada yang berkata "Lewat depan aja kaq, daripada ketinggalan..." Seorang anak kecil, anak jalanan yang tidak saya sadari keberadaannya, yang ternyata sedari tadi duduk tak jauh dari tempat saya berdiri terpaku, tiba - tiba menyadarakan saya seolah - olah tahu apa yang saya pikirkan. "Takut ah, ntar kalo keretanya jalan gimana dong?" sahutku. "Ayo sini kaq..." Dia langsung berdiri mengajak saya sambil berlari ke arah depan KRL, loncat ke arah rel kereta lalu berdiri agak jauh di depan kereta agar masinis bisa melihatnya, dia berdiri di tengah-tengah rel sambil melambaikan tangan, memberi tanda kepada masinis untuk menunggu sebentar.
Tanpa buang waktu, saya langsung nyebrang di antara anak itu dan KRL, sambil berkata "Makasih ya deq", saya pun langsung mencari pintu pertama di gerbong pertama. Ah, selamat... ucapku dalam hati. Baru sampai di atas tiba-tiba pintu otomatis KRL pun tertutup. Saya membalikkan badan hendak melihat anak kecil itu, tapi di luar begitu gelap dan KRL pun mulai melaju... saya pun tak sempat mengingat wajah anak itu.
Hey! Ada yang terlewatkan bukan? Saya belum selamat sepenuhnya! Saya belum beli Karcis!! Aturan KRL Commuter Line, bagi yang tidak memiliki karcis wajib membeli karcis pengganti seharga RP.30.000,- padahal karcis normalnya seharga Rp.6.000,- Hmmm... siap2 kere lagi ini! Saya memperhatikan kiri kanan saya, kemudian pandangan saya tertuju pada petugas yang sedang memeriksa karcis di gerbong ke dua! Yeay... ternyata gerbong satu sudah diperiksa dan berarti saya benar2 selamat!! HAHAHAHA puas rasanya, sudah paling telat naik, gak pake bayar pula! :D
Setelah duduk manis dengan hati lega, saya pun kembali teringat dengan anak kecil tadi. Jujur aja ya, saya terkadang agak seram sama anak-anak jalanan. Mungkin efek sinetron yang sering memperlihatkan kenakalan mereka dan berbagai tindak kriminal yang sering mereka lakukan. Tapi anak kecil itu justru membuat saya berpikir, apa masih banyak orang yang mau berbuat seperti yang dia lakukan untuk saya? Itu sama aja berani mempertaruhkan nyawanya demi orang yang sama sekali tidak dikenal.
Saya serasa kembali diingatkan, harusnya saya seperti anak kecil itu, bisa menolong orang lain tanpa pandang bulu dan pastinya... tulus!!
"When pure sincerity forms within, it is outwardly realized in other people's hearts" - Lao Tzu
Terkadang atau bahkan seringkali kita hanya melihat seseorang hanya dari penampilan luar saja yah? dan ternyata kisah diatas secara tidak langsung mengajarkan kita tentang 2 hal kecil yang sangat berharga.
ReplyDelete1. don't judge a book by the cover.
2. ternyata seorang anak jalanan yang sering kita anggap sebelah mata, justru memberikan pelajaran kepada kita untuk saling berbagi dan menolong yang di jaman sekarang ini mungkin sudah mulai memudar dikarenakan kesibukan dan keegoisan kita.
Nice post..;)
Wow... Nice Comment!!
ReplyDeletebetul skali kawan...
d(^_^)b
hoki banget ditolong anak kecil sama gak perlu bayar tiket
ReplyDeleteHai Kikils...
ReplyDeleteahahaha
Everyday can be a blessing day... ^_*